ENDANG SUGIARTI

Guru SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo Jawa Timur....

Selengkapnya
Navigasi Web
Sisi Lain

Sisi Lain

Sisi Lain

Part 17

#tagur hari ke 45

Masih melanjutkan pembicaraannya, pak Kung berpesan agar Anti berfikir lagi dan mau bertemu dengan adik temannya itu. Anti berfikir kok jadi seperti ini ya ceritanya, kenapa juga mereka selalu seperti itu. Takut sebenarnya Anti, tapi akan difikirkan.

Malam harinya agar terfikirkan oleh ucapan pak Kung, dia menimbang dari banyak sisi. Akhirnya dia memutuskan ingin menemuinya. Namun bukan untuk hal yang lebih jauh lagi. Ya sebatas ingin bertemu, tidak ingin mengecewakan pak Kung sebagai guru seniornya. Anti keesokan harinya memberikan jawaban pada pak Kung, kalau bersedia bertemu. Namun jangan lantas disalah artikan. Dan jika memang tidak ada kecocokan dikemudian hari, Anti berpesan agar tidak menyalahkannya.

Semua butuh proses, tidak serta merta akan langsung jadi dan memutuskan. Pak Kung pun memahami alurnya, sebatas berkenalan. Untuk selanjutnya sudah bukan urusannya.

Suatu pagi HPnya berdering, dilihatnya ada nomer belum tersimpan. Ternyata pak Kung sudah memberikan nomer HP ke adik temannya.

”Assalamu’alaikum”, diangkatnya telepun tersebut. “Waalaikumsalam” saya Diki adiknya Pak No” jelas orang itu. Anti terdiam sebentar. “Oh iya, ada apa ya?”, tanya Anti. Kemudian Diki menceritakan maksudnya, kalau ingin mengenal Anti. Dia ingin ketempat kosnya. Menyuruh memintakan ijin pada pak kebonnya. Karena dia ingin bertamu. Anti mengiyakan.

Anti segera bersiap-siap untuk berangkat kerja, waktu sudah begitu siang. Dia harus memberikan tambahan jam mengajar untuk kelas 6 dipagi hari. Karena mayoritas murid-murid rumahnya jauh dari SD, maka tidak dilakukan di sore hari.

Seperti biasa, meski Anti banyak fikiran, dia selalu berusaha profesional. Tidak boleh dbawa ketempat tugas.

Jam pulang sudah berbunyi, Anti segera pulang. Dan memberitahu kepada pak kebon, bahwa akan ada tamu. Dijelaskan pula kepada pak kebon, siapa dan apa tujuannya. Karen Anti merasa bahwa itu adalah rumah orang lain bukan rumah orangtuanya. Jadi harus lebih hati-hati menerima tamu. Tidak enak dengan tuan rumah.

Tidak lama kemudian, ada motor parkir di depan rumah. Dilihatnya dari dalam, karena semua belum pernah bertemu. Diki langsung mengucap salam, dan difikir Anti itulah Diki. Dia keluar dan menemuinya. ”Saya Diki”, diulurkan tangannya. Anti pun mengenalkan, “Anti”. Dan dipersilahkan masuk. Bu kebon dan pak kebon turut menyapa, seperti itu tamu anaknya saja. Bersikap ramah terhadap tamu yang datang menemui Anti.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post